BROTHER LAWRENCE

Brother Lawrence, pengarang buku “Practicing The Presence of God” (mengalami hadirat Tuhan), lahir di Prancis pada tahun 1605. Ia luka parah dalam perang dan cacat seumur hidupnya. Segera setelah perang selesai, ia masuk ke monastery (seminari) dimana dia diberi tugas di dapur.

Pada mulanya, ia merasa rendah dan terhina dengan posisinya. Selama beberapa tahun, ia melakukan tugasnya dengan hati yang berat, tetapi ia tetap melakukanya setiap hari sampai lambat laun ia mulai menyadari sikapnya yang tidak baik.

Ia mulai sering mengingatkan dirinya bahwa hadirat Tuhan selalu ada bersama dia, bahwa Tuhan begitu real dan sangat dekat kepadanya. Keyakinannnya ini membawanya dalam hubungan dengan Tuhan yang makin lama makin intim dan dalam. Semakin hari rasa cintanya kepada Tuhan semakin besar. Dimana saja dan ketika sedang mengerjakan apa saja, Brother Lawrence selalu membangun keintiman dengan Tuhan. sebegitu dekatnya dia merasakan keberadaan Tuhan sehingga ketika ia melakukan pekerjaannya, ia selalu mengerjakan dengan sangat hati-hati dan penuh perhatian. Bahkan diceritakan bahwa seringkali ketika ia mencuci piring, ia betul-betul ingin mempersembahkan hasil terbaik buat Tuhan. Itu sebabnya ia akan mencuci piring dengan penuh cinta untuk Tuhan. Ia memastikan semua piring betul-betul bersih tanpa noda. Saat piring yang dicucinya kurang bersih, ia akan menangis begitu dalam. Ia merasa telah tidak memberikan yang terbaik untuk kekasih hatinya yang sangat ia cintai. Brother Lawrence mentransformasi tugas-tugas di dapur menjadi pengalaman surgawi yang penuh kemuliaan.

Beberapa tahun kemudian, wajah Brother Lawrence berubah. Banyak orang menyaksikan bahwa kedekatan romo yang satu ini dengan Tuhan sedemikian dalamnya sampai wajahnya pun bersinar seperti Musa yang setelah bertemu Tuhan muka dengan muka, wajahnya menjadi bercahaya.

Dia tidak dikenal sebagai orang yang melakukan mujizat. Dia juga tidak membangun sebuah gereja yang besar ataupun melakukan sebuah karya misi yang luar biasa. Dia hanya dikenal sebagai orang yang "mencintai Tuhan dalam kesederhanaannya". Di tengah segala kesibukannya, ia selalu menyembah Tuhan dan tidak pernah mengijinkan pikirannya menjauh dariNya sedetikpun. Ia telah menunjukkan bahwa sebuah dapur pun dapat berubah menjadi shekinah glory, ruang maha kudus Tuhan. Kedekatannya dengan Tuhan telah banyak menarik orang kepada Sang Pencipta.

http://www.practicegodspresence.com/reflections/heart_for_god.html

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut